A Lady Or A Beast Part 01 When I Saw Him  

Posted by: gabria damanik
selamat datang! A Lady Or A Beast Part 01 When I Saw Him , Enjoy read! A Lady Or A Beast Part 01 When I Saw Him maaf mengecewakan A Lady Or A Beast Part 01 When I Saw Him selamat menikmati deh :D

Hellow :)
Sebelum baca, saya minta maaf duluan. Maaf kalau ada yang menganggap ini mengcopy cerita dari Kak Janice, Love Command. Emang sih cerita ini sedikit mirip, tapi ada bedanya. Apa? Baca aja :)
Kalau nggak suka sama ide saya ini dan menganggap saya benar-benar copycat pekerjaan Kak Janice, nggak usah baca nggak apa-apa.
Sejujurnya, sebelum membaca Love Command, saya pernah membaca komik yang hampir mirip dengan Love Command. Jadi intinya, cerita ini lebih mirip dengan komik itu daripada dengan Love Command.
Enjoy read guys, hope you like it :)

###

"Via... cepetan ya nyapunya, abis itu kamu temenin tante menyambut tamu malam ini.." seru Tante Ucie kepada Via, keponakannya yang berusia sembilan belas tahun.

"Iya, Tante.. Bentar lagi Via selesai, kok.." balas Via sambil menyelesaikan menyapunya.

Setelah menyelesaikan tugasnya, Via langsung menghampiri tantenya. Ternyata Via langsung dibawa ke kamar dan di make over habis-habisan. Sekitar tiga puluh menit kemudian, Via benar-benar terkejut begitu melihat penampilannya di pantulan cermin.

Gaun semata kaki berwarna turqouise tanpa pernik apapun jatuh sangat pas di tubuhnya. Atasnya bermodel kemben dengan tambahan bolero berwarna senada dengan tampilan lengan gelembung. Sebuah kalung dari perak juga nampak menghiasi lehernya yang jenjang. Rambutnya yang panjang dibiarkan terurai dengan bagian kiri dijepit ke belakang dan dihiasi dengan jepitan berwarna perak (juga) berukuran telapak tangan orang dewasa. Dan oh, kakinya juga tak luput dari 'sihir' tantenya. Hei, 'sihir' di sini dalam artian bukan 'magic yang sesungguhnya' melainkan hanya perumpamaan. Kaki Via mengenakan stiletto setinggi sepuluh sentimeter berwarna senada dengan gaun dan boleronya. Tak lupa juga sebuah gelang perak berbentuk rantai dan hati kecil melingkar di pergelangan tangan Via.

"Perfecto.." Tante Ucie memuji hasil karyanya. Tak percuma dia belajar fashion designer di Paris, negara patokan fashion dunia itu.

Via masih mematut dirinya di cermin. Make up natural, sesuai usianya. "Tante, Via nggak mimpi, kan?" tanyanya antusias.

"Ya enggaklah, Sayang.. Nah sekarang turun, yuk. Bentar lagi tamunya bakal dateng." Tante Ucie menggamit lengan Via dan menuntunnya turun menuju ruang tamu, untuk menyambut tamu agung yang akan hadir. Walau dengan langkah terseok-seok karena tidak biasa mengenakan sepatu hak tinggi, Via tetap berusaha berjalan tegap, layaknya putri-putri dalam kerajaan.

***

Via terpaku pada satu sosok. Sosok yang mengenakan kemeja hitam dan sweeter berwarna putih juga celana kain berwarna hitam pula. Wajahnya manis. Saat melihat senyumnya, Via seakan meleleh. Senyumnya semakin menampakkan kemanisan wajahnya. Mahakarya Tuhan yang begitu sempurna..

"Ehem.." Tiba-tiba Via mendengar suara orang terbatuk di belakangnya. Via berbalik badan dan mendapati seorang lelaki tampan di belakangnya. Via ingat, orang ini juga datang bersama dengan lelaki manis tadi.

"Segitu amat ngeliatin Rio-nya, jatuh cinta, ya?" ucap lelaki itu.

"Hah? Eng.. enggak kok.. ka-kamu siapa?" tanya Via terbatah.

Lelaki itu tergelak. "Masa lo nggak ngenalin gue, sih? Kenalin ya, nama gue Gabriel. Inget-inget tuh, jangan dilupain."

Via mengangkat alis. Lelaki aneh, pikirnya.

"Kalo yang lo liatin itu namanya Rio, Mario Stevano Creavion, putra dari bangsawan Stevanus Creavion, pemilik Creavion Coorporation." Lelaki yang bernama Gabriel itu menjelakan tentang Rio -lelaki yang dikagumi Via-.

Via manggut-manggut perlahan. Dia melihat penampilan Gabriel dari atas ke bawah lalu ke atas lagi. Penampilannya emang lebih rapi dari 'Tuan Muda' Rio sih, tapi kenapa Gabriel tidak ikut dalam perjamuan itu? Dan kenapa pula Gabriel tidak mengenakan semacam bros yang menandakan simbol keluarga Creavion? Oh oh, mungkin saja Gabriel ini sejenis 'pesuruh' di keluarga Creavion.

"Dan jelaskan kepada saya kenapa Tuan Putri menatap saya dengan pandangan seperti itu?" ucapan Gabriel menyadarkan Via.

"Yah tadi aja kata-katanya kasar, make lo-gue, sekarang kenapa pake 'saya'? Orang aneh." cibir Via.

Gabriel terkekeh pelan. "Emangnya nggak boleh, emang nggak pantes, ya?"

"Nggak.." tegas Via.

Gabriel menghela napas. "Pangeran lo datang tuh, gue pergi dulu ya." Gabriel beranjak meninggalkan Via dengan tequila di gelas martininya.

Setelah mendengar ucapan Gabriel barusan, Via segera berbalik badan dan mendapati pangeran pujaannya memang sedang berjalan menghampirinya.

"Putri Sivia?" tanyanya sambil mengulurkan tangan.

Via menyambut uluran tangan itu dan tersenyum, "Cukup Via, nggak usah pake embel-embel 'putri'" ucapnya.

Rio melepaskan jabatan tangan itu sambil tertawa sopan. "Oh.. yayaya.. jadi, kamu keponakannya Miss Ucie?"

Via mengangguk. "Iya, dan kamu Mario Stevano Creavion?"

Rio juga mengangguk. "Tau dari mana?"

Via hampir saja menyebutkan nama Gabriel kalau saja Rio tidak segera berucap,

"Oh, Miss Ucie pasti udah ngasih tau sebelumnya, iya kan?"

Via terpaksa tersenyum canggung.

***

Keluarga Creavion adalah keluarga terpandang di Indonesia, sebenarnya bukan hanya di Indonesia, Creavion juga terpandang di beberapa penjuru dunia seperti London, Paris, Amerika Serikat, dan sederet negara maju lainnya. Creavion, bukan nama yang bisa dibilang 'wajar' di Indonesia. Nama yang agak kebarat-baratan. Yah itu karena leluhur mereka bukan orang asli Indonesia. Leluhur mereka adalah bangsawan terpandang di Inggris.

Creavion Coorporation bergerak di berbagai bidang industri, seperti pertambangan. Selain di industri, beberapa anggota keluarga Creavion juga mengatur perekonomian dunia. Jangan tanya seberapa kaya mereka, karena terlalu sulit untuk menghitungnya.

Satu lagi 'nama' yang dihormati di Indonesia, Whitezell. Tapi keturunan terakhir keluarga itu sudah dipastikan meninggal saat kebakaran besar menghanguskan 'istana' mereka. Gadis kecil yang merupakan keturunan terakhir Whitezell benar-benar bukan gadis yang beruntung. Karena kebakaran itu menewaskan kedua orang tuanya, selain itu juga gadis itu hilang tiba-tiba. Seperti raib ditelan bumi.

Sama seperti Creavion, Whitezell juga merupakan bangsawan terpandang di London. Dan kedua bangsawan besar itu -seperti diketahui seluruh dunia- sudah lama berseteru, tak pernah akur. Malah pernah ada kabar miring kalau pihak Creavion lah yang menyebabkan kebakaran dan merugikan semua bisnis Whitezell. Entah benar atau tidak, yang jelas dengan musnahnya Whitezell, Creavion semakin berjaya.

***

Pihak Creavion memutuskan untuk menginap di kediaman Jasminy, rumah yang ditinggali Via, Tante Ucie, dan beberapa pelayan. Jasminy itu marga Tante Ucie, Ucie Jasminy. Tante Ucie -atau sebaiknya kita memanggilnya dengan sebutan Miss Ucie saja- adalah desainer terkenal di Indonesia, juga di seluruh dunia. Jasminy masih kerabat jauh Creavion, jadi 'Tuan Muda' Rio bersama rombongan dari kediaman Creavion tidak ragu untuk menginap di sini, mengingat perjalanan mereka untuk bisa sampai di rumah masih terbilang jauh.

Insomnia biadab itu lagi-lagi menyerang Via, padahal jam digital di meja sebelah ranjangnya menunjukkan pukul 00.55. Via meraih sebuah kotak musik di sebelah bantalnya. Sebuah kotak musik dari perak yang dipahat sempurna menyerupai gambar kupu-kupu di setiap pinggirnya. Di bagian bawah kotak musik itu ada sebuah lambang -seperti yang ada di bros Creavion-, bukan berbentuk elang seperti milik Creavion, tetapi kupu-kupu cantik bersayap lebar dan di belakang kupu-kupu tersebut terdapat huruf yang susah dideskripsikan. Kotak musik itu sepertinya sudah tua, sehingga huruf di belakang kupu-kupu tersebut agak memudar.

Well, bisa dibilang kotak musik tersebut adalah separuh nyawa Ify. Terdengar lebay memang, tapi memang begitulah kenyataannya. Ify sudah memiliki kotak musik itu sejak ia masih kanak-kanak, saat Miss Ucie memberinya kehidupan.

Tiba-tiba rasa haus menyergap tenggorokan Via. Setelah puas mendengar dentingan piano lewat kotak musik tadi, Via beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan menuju dapur.

Saat melewati koridor yang temaram, Via melihat seseorang sedang berkutat dengan sejenis kamera. Siapa? Tengah malam seperti ini mau memotret? Apalagi cahayanya pas-pasan seperti ini. Cuma ada cahaya bulan yang menembus melalui celah pagar koridor.

"Kok Putri Via belum tidur?" Sebuah suara mengagetkan Via. Suara ini kalau tidak salah adalah suara.. Gabriel.

"Siapa yang lo panggil 'Putri'? Gue bukan 'Putri'." Via berjalan mendekati sosok itu.

"Iya, ya? Seorang 'Putri' mana mungkin ngomong pake lo-gue kaya gitu?" Ternyata benar dugaan Via, sosok itu memang Gabriel. Astaga, wajahnya semakin tampan karena terkena sinar bulan purnama.

Tiba-tiba.. Jepret..! Blitch kamera menerpa wajah Via, membuat gadis itu secara refleks memejamkan mata, mencegah supaya sinar menyilaukan itu tidak merusak matanya.

"Objek bagus nggak boleh dilewatin.." Gabriel memperhatikan hasil jepretannya tadi, Wajah Via yang putih itu sedang menatap ke arahnya. Cantik.. pikir Gabriel.

"Oh iya, boleh nanya sesuatu, nggak?" tanya Via.

"Apaan?" Gabriel seolah bersiap membidik sebuah objek, padahal lagi gelap loh.

"Lo, hemm, pesuruh ya?" tembak Via langsung.

Gabriel terkejut, hampir saja kamera yang dipegangnya jatuh ke tanah. "Kenapa lo mikir kalo gue ini pesuruh?" Gabriel mengusap kameranya yang hampir jatuh tadi.

"Yaa abisnya lo nggak bareng-bareng sama Tuan Muda Rio sih, lagian gue juga nggak ngeliat lo make bros kaya yang dipake si Rio, sih.. Emang bener lo pesuruh ya?" tanya Via polos, tanpa memasang wajah bersalah sedikitpun.

Gabriel tertawa kecil mendengar penuturan Via. Lucu juga gadis ini, pikirnya. "Ya terserah elo sih mau nganggep gue pesuruh juga nggak apa-apa hehe.." Gabriel cengengesan. Rupanya gadis ini belum tau siapa dia.

"Ohh.. Berarti bener dong? Oh iya, kalian kapan pulang ke Jakarta?" tanya Via.

"Kemungkinan besok pagi, kenapa?"

"Yah.. nggak bakal bisa ketemu Rio lagi dong?" Via murung lalu bersandar pada pagar.

Gabriel tersenyum. "Lo mau ketemu dia lagi?" tanya Gabriel sambil memperhatikan foto-foto yang berhasil dibidiknya.

Via menoleh dengan semangat ke arah Gabriel. "Iya! Gimana caranya?"

Gabriel menoleh ke arah Via. "Lo datang aja ke Creavion Palace, tempat Rio tinggal."

###

Voilaa!
Gimana? Mirip banget ya?-_______-
Lanjut nggak nih? Maap kalo nggak suka ya kalo emang nggak suka bilang aja ya :'(
Silahkan komen di sini atau di twitter saya (@rayapsarap) atau bisa juga di acc fb saya Ria 'gabria' Primadamanik
Thanks :)

This entry was posted on 03.00 . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langganan: Posting Komentar (Atom) .

0 komentar

Posting Komentar